Gaharnya Ahok, Analisis Komunikasi Politik DKI-2

 



Latar Belakang

Setelah pasangan Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama mendapatkan 53,82%  dengan perolehan 2.472.130 suara sah dari total 4.952.945 suara sah di Jakarta[i] yang menandakan menang dari pasangan Fauzi Bowo dan Nachrowi Ramli, kehidupan birokrasi di Pemerintahan Provinsi DKI Jakarta terlihat sangat berbeda dengan sebelumnya. Pasangan ‘kotak-kotak tersebut’ ternyata terus menjadi media darling hingga saat ini. Sehingga pekerjaan terkesan sangat berbeda dan transparan yang tidak pernah dijumpai selama ini oleh masyarakat ibukota.

Hal ini juga terlihat dimana Ahok, panggilan akrab dari Basuki yang notabene seorang Wakil Gubernur DKI Jakarta terlihat sangat aktif mewarnai layar kaca pemberitaan. Selain di media elektronik, ternyata Ahok juga sangat populer di salah satu penyedia layanan video streaming, YouTube. Disana dapat ditemukan berbagai akun yang selalu menunggah setiap kata dan kegiatan dari pasangan dengan tagline ‘Jakarta Baru’ tersebut.

Justru yang paling sering muncul adalah dengan gaya marahnya yang gahar. Gaya berbicara kelahiran Belitung ini memang memiliki intonasi yang lebih tinggi dan nada suara yang lantang. Tidak hanya suaranya saja, mimik wajahnya pun terlihat begitu antusias yang khas saat menanggapi pertanyaan-pertanyaan wartawan. Hal itu yang menjadi perhatian untuk menganalisis konteks komunikasi politik ayah tiga anak ini.

Analisis yang dilakukan dengan sumber data berupa video YouTube yang telah diunduh. Video tersebut pun diseleksi sesuai kebutuhan analisis agar tercapainya tujuan dari penulisan analisis ini. Videonya dipilih berdasarkan data keaslian yang berkemungkinan besar adalah acara televisi yang pernah ditayangkan sebelumnya meskipun ada beberapa adalah dokumentasi pribadi dari Pemprov DKI Jakarta.

Untuk menjaga ruang lingkup dari analisis komunikasi politik ini, di dalamnya lebih difokuskan kepada gaya bicara pemimpin, jenis konteks budaya komunikasi, dan efektifitas komunikasi. Selain hal tersebut, dalam penulisan ini termasuk di dalamnya ada gaya komunikasi saat marah dan humornya. Untuk itu, semoga penulisan analisis komunikasi ini dapat memperkaya wawasan dan asupan contoh dari komunikasi politik dengan Basuki Tjahaja Purnama yang menjadi objek penulisan. Selamat membaca dan bermanfaat.

Seorang laki-laki berkacamata dengan rambut klimis dan tahi lalat dibawah bibirnya serta dengan wajah oriental, itulah Basuki Tjahaja Purnama sebagai sosok wakil gubernur yang sering dikenal dengan kemarahannya. Ahok, panggilan akrab Basuki Tjahaja Purnama, dikenal sebagai orang yang memiliki suara tinggi dan tatapan tajam saat berbicara. Meski sering kita melihatnya tersenyum dalam kampanyenya saat Pilkada DKI Jakarta 2012, namun tetap saja Ahok kini dikenal lebih galak dari sebelumnya.

Ahok memilki gaya berbicara yang cukup lantang dengan suara yang tinggi yang pelit sekali senyum. Bisa terlihat bagaimana cara dia setiap menanggapi kritik atau saran yang dibawakan oleh presenter, apalagi kepada TV One yang sering kali dilontarkan kalimat tidak enak dalam setiap wawancara.

Ahok memang memiliki gaya komunikasi politik yang lebih mengedepankan fakta karena itu dalam setiap perhitungan yang ditanyakan oleh wartawan, tidak jarang dia selalu menggunakan kalkulasi cepat agar mendapatkan hasil yang pasti sehingga wartawan akan diam seribu bahasa menanggapinya. Seperti saat wawancara dengan TV One, Ahok ditanya mengenai soal pembuatan sumur resapan yang disebut-sebut menelan hingga Rp1,2 milyar dibantah keras oleh Ahok, beliau justru membeberkan bahwa nilainya maksimal Rp200 juta dengan rata-rata Rp7 juta per satu sumur resapan. Malah dilanjutkan kembali olehnya kalau semua anggaran Pemda DKI sudah buka-bukaan dan Ahok menantang bagi pejabat untuk diperiksa harta, biaya hidup, dan pajak yang dibayarkan, baru hebat menurut dia.

Perihal tantangan itu dilakukan karena sebelumnya Ahok dihadapkan pada penyataan Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (FITRA) tentang penghasilan dan operasional yang diterima Ahok selama menjabat menjadi Wakil Gubernur Ibukota tersebut. Untuk mengklarifikasi data tersebut, akhirnya Ahok membeberkan tabungan yang dia dapat selama setahun lebih menjadi wagub kepada wartawan dengan memperlihatkan langsung buku tabungannya. Tertera jelas bahwa per 3 Desember 2013, saldo yang ada di tabungan Ahok sebesar Rp 971.487.547,- jumlah yang sangat jauh dari tudingan FITRA yang sebesar Rp1,7 Milyar per bulannya. Bapak berwajah oriental ini juga menjelaskan bahwa ini bukan hasil temuan, melainkan dia sendiri yang memperlihatkan, jadi tidak ada lagi dana korupsi yang dituduh seakan-akan digelapkan. Tidak hanya sampai pada penunjukkan buku tabungan, Ahok pun menantang secara terbuka untuk lembaga tersebut untuk mengauditnya dan setelahnya berharap untuk tak lagi mengusik dan mengomentari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) DKI Jakarta.

Kebiasaan lain dalam hal komunikasi Ahok yakni dengan pengucapakan kata-kata yang ceplas-ceplos tanpa memikirkan nama baiknya. Dalam wawancara pernah dia mengatakan bahwa Ahok tidak peduli dengan nama baik, karena baginya hasil pekerjaan yang dapat menilai, kalau memang tidak puas dengan kinerjanya, tahun 2017 tidak usah pilih kami lagi. Hal tersebut menggambarkan bahwa dirinya tidak peduli dengan pencitraan, baginya apa yang dia katakan dan dia lakukan adalah benar apa adanya. Kata-kata yang dianggap kasar selama ini bila diucapkan oleh pemimpi bangsa rasanya tidak berlaku lagi bagi Ahok, bayangkan saja dalam setiap video di YouTube dalam situasi wawancara sering kali Ahok menyebutkan bodoh, brengsek, bajingan, kurang ajar, dan masih banyak kata lainnya. Setiap kalimat yang dilontarkan pun seakan seperti koboi yang berpakaian pejabat, namun kali ini koboi yang membasmi kuman-kuman DKI.

Meskipun pernyataan yang Ahok yang tidak peduli dengan nama baik karena pernyataan yang terkesan galak tersebut, namun tetap rasanya sebagai pemimpin, Ahok memiliki attitude atau sikap yang kurang baik, terlebih disaat dirinya dituduh hal yang tidak dibenarkan olehnya. Ahok akan memperlihatkan gaya bicara yang menggunakan intonasi jelas dan menunjuk-nunjuk dengan telunjuknya kepada lawan bicara.

Dalam karakteristik komunikasi politik berdasarkan perkuliahan dengan Prof. Tjipta Lesmana, terdapat enam poin penting untuk diperhatikan, yakni: context, formality, direction, clarity, attitude, dan body language. Context diambil dari teorinya Hall yang berpandangan bahwa bangsa-bangsa di dunia dibagi dalam dua golongan, yakni low context dan high context seperti yang dijelaskan diatas. Ahok memang memiliki gaya bicara yang sangat low context, dimana bahasa dan cara penyampaian yang jelas, tidak membuat lawan bicaranya bingung. Akan tetapi, jelasnya Ahok kadang sering terpancing emosi sehingga menciptakan suasana yang sering kali bersitegang dengan pewawancaranya.

Formality adalah tampilan seorang komunikator yang dapat sangat formalitas atau juga informalitas. Paling mudah menilai komunikasi dari cara berpakaiannya. Bila melihat cara berpakaian Ahok, beliau selalu tampil rapi dengan rambut klimis yang tertata rapi. Apabila mencari gambar Ahok di Google image, maka akan terlihat sangat jelas bahwa gaya Ahok selalu menggunakan kemeja, sekalinya kaos pun selalu berkerah. Hal ini tergambarkan bahwa Ahok lebih suka berpakaian formal sehingga tercermin gaya Ahok akan teratur sesuai dengan aturan yang berlaku.

Direction, komunikasi politik dapat one-way, two-way, atau bahkan multi-way. One-way adalah tipikal orang yang otoriter sedangkan two-way adalah tipikal komunikator informative termasuk multi-way. Ahok dalam hal ini termasuk dalam tipe two-way, hal ini terlihat dari cara memberikan informasinya disaat wartawan bertanya, apalagi kalau data yang disebutkan wartawan itu tidak sesuai, dengan buru-buru Ahok menjelaskan data tersebut dengan rinci. Meskipun begitu kadang Ahok menjadi tipikal yang otoriter, terutama bagi lawan bicaranya yang hanya menuduh tanpa bukti kuat, Ahok dengan emosional dapat dengan mudah berbicara tanpa henti sehingga komunikannya tidak dapat menjawab penyataan Ahok.

Clarity adalah sebuah kejelasan, penggunaan haruslah jelas sehingga komunikan mengetahui maksud tujuan komunikasi. Hal ini berkaitan dengan konteks seseorang. Ahok seperti yang disebutkan memiliki konteks budaya rendah tentu memiliki pemilihan kata yang mudah bahkan sering kali mengeluarkan kata-kata yang bersifat kasar. Berbeda jauh dengan apa yang dilakukan politisi lain, Ahok terkesan memang tidak peduli dengan nama baiknya sehingga kadang kata-kata langsung menohok komunikannya. Kalau memang dia tidak suka, maka dia menyebutkan tidak suka tanpa harus ada kalimat yang tidak enak hati.

Attitude atau dalam bahasa Indonesia diartikan sikap, sebaiknya seorang komunikator harus bersifat baik karena hal tersebut tercermin saat berbicara atau menanggapi sesuatu. Ahok yang juga berulang kali ditulis sebagai koboi yang memiliki sifat dobrak sana dobrak sini. Hal itu yang sering terjadi sehingga sering Ahok disebut pribadi yang angkuh, keras kepala, dan otoriter. Meski akhir-akhir ini Ahok mengakui bahwa dirinya sudah lebih jinak.

Body Language atau disebut sebagai komunikasi non-verbal yang menggunakan anggota tubuh untuk menyampaikan pesan, baik sadar maupun tidak. Ahok memiliki gaya yang unik dalam berkomunikasi, terutama saat marah Ahok menunjuk-nunjuk orang sehingga terkesan seperti atasan yang memarahi bawahannya. Hal itu tentu membuat stigma galak untuk Ahok tertanam lebih dalam, dia memang memiliki urat emosi yang pendek sehingga kalau habis kesabarannya, komunikan akan disemprot sejadi-jadinya.

Semenjak dilantik 15 Oktober 2012 menjadi Wakil Gubernur DKI Jakarta, Ahok tidak lah diam dan sembunyi dibalik bayang-bayang punggung Gubernur. Ahok kian aktif dengan kegarangannya menyelesaikan satu demi satu masalah di Ibukota. TIdak hanya itu, Ahok pun dengan timnya dinilai aktif mengunggah video setiap rapat ke situs video YouTube. Tujuannya untuk memberitahukan kepada masyarakat bahwa kalau rapat itulah yang terjadi, hal yang tidak pernah masyarakat Jakarta ketahui.

Ingatkah tentang kemarahan Ahok kepada staff yang menjadi video pertama diunggah ke YouTube? Posisi dimana sedang rapat dengan kumpulan para buruh yang berdemo, Ahok begitu kesal dan marah dengan staffnya. Staffnya itu adalah M. Iqbal dia yang merasakan semprotan langsung dari wakil gubernur perihal karena dia mencatat hasil rapat bukan menggunakan laptop, justru malah menulisnya di kertas padahal saat itu Ahok menginginkan hasil rapat dicetak. Hal ini diakui oleh Iqbal bahwa memang kesalahan darinya yang wajar jika dimarahi. Meski begitu Ahok bukanlah pendendam, Iqbal dalam acara 360 Metro TV membeberkan bahwa memang Ahok marah jika dia kesal dan hilang kesabarannya saat menghadapi suatu hal, akan tetapi meski marah, hal itu hanya terjadi di forum, setelah itu dia memaafkannya bahkan lupa, professional jelas Iqbal.

Setelah dengan gaya keras dan gaharnya Ahok, sekarang mari kita perhatikan Ahok saat melucu atau berhumor. Saat itu berada pada acara Sentilan Sentilun, Ahok berbagi cerita dengan gaya humoris Butet Kertaradjasa dan Slamet Raharjo. Ahok bercerita kisah yang menarik, “Ada kapal laut yang sedang berlayar di tengah laut, tiba-tiba ada nenek-nenek kecebur dari kapal, akhirnya dilempar pelampung tapi nenek-nenek itu tetap tidak bisa menyelamatkan diri. Tiba-tiba ada pemuda yang masuk ke dalam air dan menyelamatkannya nenek-nenek tersebut, semua orang bertepuk tangan atas keberanian pemuda itu. Akan tetapi pemuda itu malah bertanya, siapa yang jorokin saya tadi? Ya pemuda itu sama seperti saya selama ini, hehe.” Begitu cerita dari Ahok meski sempat tersenyum, namun hal itu tidak begitu lama karena memang ekspresi serius sering kali yang ditunjukkan kepada orang-orang.

Selain itu pada perbincangan dengan Butet, Ahok juga menegaskan bahwa yang dilakukan oleh pemerintah DKI itu baik agar Jakarta rapi dan tidak banjir lagi, sehingga salah apabila disebut melanggar HAM, “HAM apa? Hamburger?” sebut Ahok diiringi senyum tipisnya, tak kelak Butet, Slamet Raharjdo, dan Cak Lontong pun geli mendengar ucapan wagub tersebut.

Pernah ada kasus lain, yakni disaat Ahok mengatakan ‘kalau miskin pada tahu diri’ terkait dengan masalah perpindahan ke rusun yang sudah dibangun oleh pemerintah untuk masyarakat tersebut. Hal tersebut menimbulkan sebuah kontroversi yang cukup besar dimana salah satu pemimpin DKI malah dikesankan merendahkan masyarakat miskin. Namun hal itu kembali diklarifikasi dengan gaya Ahok pada acara Mata Najwa di Metro TV. Ahok menjelaskan bahwa orang terlalu cepat mengecap sesuatu, apalagi hal itu hanya sepotong, tidak tahu awalnya. Dia melanjutkan alasan kenapa bisa mengatakan hal tersebut karena Ahok merasa kesal, masyarakat yang mengaku tidak punya rumah tapi tidak mau tinggal di rusun 5 lantai, malah menuntut 2 lantai, tentu hal ini membuat Ahok naik pitam, pasalnya mereka meminta dan pemerintah sudah sediakan tapi malah tidak tahu diri, akhirnya terlontar lah kata-kata itu. Dari sini bisa dilihat bahwa memang Ahok memiliki attitude yang kurang baik disaat emosi, entah berapa kali wagub ini membuat kontroversi namun tetap saja bagi Ahok kepentingan rakyat lebih didahulukan dibanding kebaikan namanya.

Hal terakhir yang paling menarik adalah gaya Ahok saat menjawab pertanyaan, apalagi yang bersifat krusial, dia selalu menggunakan kata ‘anda’ untuk menanyakan kembali. Kebiasaan yang satu ini sering kali dilakukan terutama disaat ditanya soal kemarahannya. Ahok berkata seakan dia ingin membagi kesulitan atau tanggapan dengan bertanya kepada komunikannya. Pertanyaan balik ini yang memberikan kesan bahwa Ahok memang benar adanya menjawab pertanyaan wartawan, faktanya disaat ditanya wartawan akan mengiyakan apa yang telah dijawab oleh Ahok. Fenomena ini menunjukkan bahwa untuk membenahi Jakarta itu tak hanya tanggung jawab pemimpinnya saja, namun di dalamnya termasuk mayarakat agar taat pada hukum. Gaya bicara dengan bertanya balik dengan menggunakan anda juga merupakan salah satu trik Ahok agar apabila pernyataan yang terkesan merendahkan seseorang akan terhindari karena itu hanya anda.

Ahok memang dalam skala komunikasi politik dinilai kurang baik dalam masalah attitude namun dia terbilang baik pada point clarity dan direction hal itu yang menunjukkan bahwa bahasa yang digunakan Ahok tidaklah bersayap meski sering kata-kata kasar keluar dari mulutnya. Untuk saat ini mungkin DKI Jakarta butuh orang yang terlihat gahar agar ibukota Indonesia ini tertata rapi dan lebih teratur. Ahok memang ciri pemimpin yang cukup otoriter dengan gaya komunikasi yang sering meledak, ceplas-ceplos, dan tak jarang telunjuknya menunjukkan kegarangan dia memimpin kota yang katanya dia penuh dengan orang brengsek dan bajingan.

Sebagai pemimpin Ahok menurut Blake dan Mouton termasuk tipe pemimpin yang Authoritarian Leadership atau disebut sebagai tipe yang otoriter. Kepemimpinan yang membuat hasil produksi sebagai wagub dalam menyelesaikan cukup banyak masalah DKI. Akan tetapi dalam hal lingkungan kerja, Ahok terkesan menciptakan lingkungan kerja yang kurang nyaman, terutama dengan gaya marahnya yang cukup frontal menjadikan iklim organisasi yang kurang baik, meskipun para stafnya menganggap sebuah profesionalitas.

 

[i] http://megapolitan.kompas.com/read/2012/09/28/1724329/jokowi.basuki.menangi.pilkada.dki.putaran.ii diakses pada 2/6/2014 3:41:11 PM

 

Hargai penulis secara ilmiah dengan memasukkan:

Freddy Yakob. 2013. Gaharnya Ahok, Analisis Komunikasi Politik DKI-2.

Postingan Populer